Program
Guraru (Guru Era Baru) 2011
baru saja usai digelar oleh Acer Group Indonesia. Terlepas siapa pun
yang telah memenangkan ajang “bergengsi” itu, Guraru bisa dibilang
sebagai sebuah terobosan kreatif untuk menghilangkan jarak antara
guru dan
internet. Pada era virtual seperti sekarang, sudah saatnya
guru sebagai agen
pembelajaran yang dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogik, profesional,
sosial, dan
kepribadian, benar-benar mampu mengoptimalkan fungsi
internet untuk mendesain
pembelajaran yang up to date, menarik, menyenangkan, efektif,
inovatif, dan kreatif. Salah satu ruang yang tepat untuk itu adalah
blog. Melalui
blog, seorang
guru
akan terus terpacu “adrenalin”-nya untuk meningkatkan kompetensi diri
sehingga mampu menyuguhkan postingan-postingan terbaik di blognya
masing-masing untuk kemajuan
dunia pendidikan.
Ibarat sebuah magnet, Guraru agaknya telah berhasil menyedot animo ratusan
blogger guru untuk mengakrabi
blog sebagai
media berekspresi, beraktualisasi diri, personal branding, berinteraksi, memublikasikan materi dan desain
pembelajaran inovatif, atau menakar kemampuan diri dalam merespon fenomena-fenomena pendidikan mutakhir. Pada
Acer Guraru Award 2011, panitia menerima total 2.566 masukan yang meliputi sekitar 275
blog guru dari seluruh Indonesia. Ada kenaikan sebesar 588% dibadingkan dengan pelaksanaan Acer Guraru
Award 2010. Sebuah partisipasi yang luar biasa.
Seiring dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan ruang maya bagi
para pengguna, baik dalam soal akses, manfaat, partisipasi, maupun
kontrol,
blog sesungguhnya juga bisa dijadikan sebagai “laboratorium virtual” untuk kemajuan
dunia pendidikan yang sangat besar manfaatnya bagi peserta didik,
guru yang bersangkutan, maupun sesama rekan sejawat. Melalui
blog, sesama
guru,
guru dan murid,
guru dan siapa pun yang memiliki kepedulian terhadap
dunia pendidikan bisa saling berinteraksi tanpa dibatasi sekat ruang dan waktu.
Blog bisa dioptimalkan untuk unjuk kinerja
guru dalam menyajikan berbagai persoalan dan pernak-pernik
dunia pendidikan,
sehingga mesin pencari makin ramah terhadap masalah-masalah pendidikan
yang hingga saat ini masih menyisakan banyak problem dan tantangan.
Jika eksitensi blog guru terus hadir di ranah virtual, bukan mustahil dunia pendidikan kita akan semakin kaya berkat sentuhan para guru dalam menyajikan postingan-postingan terbaik. Dengan demikian, blog guru bisa dijadikan sebagai portofolio rekam jejak guru dalam memberikan pengabdian terbaik buat bangsa dan negara melalui jagat virtual. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh internet, yang bisa diakses oleh siapa pun secara lintas-geografis, lintas-usia, dan lintas-budaya, diakui atau tidak, telah membuat dunia pendidikan makin dinamis dan progresif. Para pengunjung akan makin dimudahkan dalam mencari rujukan yang terkait dengan masalah keilmuan, pembelajaran, atau fenomena-fenomena pendidikan mutakhir yang lain.
Namun, kehadiran
blog guru agaknya belum direspon secara serius oleh pemerintah sebagai pemangku kepentingan pendidikan utama. Sejauh ini, baru Pusat
Bahasa yang rutin menggelar event
Lomba Blog Guru dalam menyambut Bulan
Bahasa setiap tahunnya. Sementara itu, Kemendikbud yang dianggap sebagai pihak yang paling berkompeten untuk meningkatkan
profesionalisme guru, sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda untuk melirik
blog guru sebagai
media untuk mengukur rekam jejak
guru dalam memberikan pengabdian terbaik buat masa depan peserta didiknya.
Pelatihan pembuatan
blog pun (nyaris) belum mendapatkan perhatian secara serius. Kalau toh ada, event-event
pelatihan blog selama ini baru sebatas dilakukan secara parsial oleh komunitas-komunitas
blogger atau institusi-institusi semacam Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP), seperti yang dilakukan oleh LPMP Jawa Tengah kepada para
guru pemandu
MGMP.
Fakta menunjukkan, animo
guru untuk melakukan
aktivitas ngeblog
sudah tampak demikian antusias. Saya yang kebetulan beberapa kali
didaulat oleh LPMP Jawa Tengah untuk mendampingi rekan-rekan sejawat
dalam
pelatihan pembuatan
blog, menangkap atmosfer yang cukup menggairahkan. Kemauan untuk berbagi dan bersilaturahmi melalui
blog sudah cukup terbangun di kalangan
guru, sampai-sampai alokasi waktu
pelatihan yang disediakan oleh panitia tidak cukup untuk menampung animo mereka agar bisa membuat
blog.
Mengingat demikian pentingnya kehadiran
blog guru sebagai “laboratorium” virtual, tidak ada salahnya kalau
pelatihan pembuatan
blog bagi
guru dilakukan lebih intensif oleh Kemendikbud untuk melahirkan
blogger-
blogger guru masa depan yang benar-benar sanggup menjadi agen
pembelajaran yang sesungguhnya. Kemudian, gelar event
lomba blog guru untuk diagendakan secara rutin, sehingga akan terjaring
blogger-
blogger guru terbaik yang layak dijadikan sebagai fasilitator atau instruktur pembuatan
blog di berbagai pelosok tanah air. Jika “mimpi” ini bisa terwujud, maka
dunia pendidikan akan makin berkembang secara dinamis dan progresif karena berbagai pemikiran kritis, kreatif, dan
inovatif akan terus mengalir dari
blog guru di ranah virtual yang belakangan ini tengah mengalami masa “euforia”.
Ayo, Bapak/Ibu
Guru, atasi kelumpuhan menulis melalui
blog! Jadikan
blog sebagai
media untuk membangun optimisme bangsa melalui postingan-postingan yang mencerahkan dan mencerdaskan! Nah, salam
ngeblog!